Selasa, 04 September 2012

[Karya Anak Himki] Maaf, Lebaran Kali Ini Aku Tak Bisa Pulang

Demi memberi kesan ceria baru, agar blog ini tidak terkesan kaku dan dingin. Kami punya rubrik bernama "Karya Anak Himki", disini anak-anak/anggota/pengurus himki, serta seluruh mahasiswa program studi pendidikan kimia diberikan wadah untuk menampilkan hasil karyanya, bisa berupa cerpen, puisi, desain grafis, video, slideshow, terserah sih, yang penting bisa ditampilkan disini.

Gak penting? siapa bilang, ini penting bagi kelangsungan artikel harian blog ini, supaya blog ini tetap hidup. yeah..!!

Karya hari ini berupa cerpen, kiriman dari salah satu Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UnLam Banjarmasin.
Siapa dia?
Nanti dulu, kita liat dulu hasil karyanya.
Selamat Membaca...!! :)
 Maaf, Lebaran Kali Ini Aku Tak Bisa Pulang
source

Aku adalah seorang gadis yang berumur sekitar dua puluh tahun. Statusku sekarang adalah menjadi seorang anak kuliahan di salah satu universitas negeri yang cukup terkenal di kotaku. Bisa melanjutkan kuliah saja hatiku sudah sangat senang, karena aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Aku dan keluargaku tinggal di sebuah kampung yang jauh dari kota, walaupun kampung kami terpencil dan tak terlalu dikenal, tapi suasana di sana sangat sejuk dan damai. Ayahku bekerja sebagai seorang pedagang dan ibuku, selain sebagai seorang ibu rumah tangga, beliau juga sering membantu ayahku berdagang di pasar.
Aku anak tunggal alias anak satu-satunya, itulah alasan walaupun keluarga kami sangat sederhana, tapi aku masih bisa kuliah. Orang tuaku pernah berkata bahwa salah satu penerus keluarga harus ada  yang menjadi seorang sarjana, karena hanya memiliki seorang anak, jadi aku harus kuliah dan bisa menjadi seorang sarjana, agar tidak mengikuti jejak orang tuaku yang hanya lulusan SMP saja.  Itulah sedikit kisah tentang latar belakangku.
Sudah dua tahun aku menjadi anak kuliahan sekaligus anak kost. Suka dan duka sudah pernah aku alami selama menyandang dua status tersebut (anak kuliah dan anak kost). Tapi aku bahagia, setiap aku mengalami suatu masalah, ada teman-teman yang selalu memberiku semangat dan pertolongan. Salah satunya adalah Fatimah. Di kampus, aku dan Fatimah berada dalam fakultas yang sama, tetapi berbeda program studi. Dia juga teman satu kostku yang paling baik dan paling usil.
Suatu pagi saat ku hendak menuju kamar mandi, tiba-tiba ada sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pundakku.
 “Aduuhhhh…” teriakku dengan terkaget-kaget.
“Hahahaha, maaf Ai sengaja. Hehehe” kata Fatimah dengan santainya.
Oh iya, Ai atau Ais adalah nama panggilanku, nama lengkapku sebenarnya adalah  Nur Aisyah. Nur artinya cahaya sedangkan Aisyah adalah istri Nabi Muhammad yang sangat cerdas. Jadi, orang tuaku memberi nama Nur Aisyah supaya aku bisa menjadi anak yang bisa memberikan cahaya kebaikan seperti  Siti Aisyah.
“Ada apa Mah?” tanyaku pada Fatimah.
“Tidak ada apa-apa  Ai. Eh, ngomong-ngomong kamu lebaran kali ini pulang kan! Kalau misalnya pulang, seperti biasa nanti kita pulang sama-sama ya Ai.” kata Fatimah.
“Insya Allah Mah, kalau tidak ada halangan dan ada uangnya aku juga akan pulang. Sudah rindu sekali dengan keluarga di kampung, soalnya aku pulang cuma dua tahun sekali, pas liburan semester atau lebaran saja. Maklum kampungku jauh dan kalau pulang sering-sering tidak ada biayanya. Cukup untuk makan tiap hari dan bayar uang kuliah saja uang yang dikirim orang tuaku di kampung, Mah.” ceritaku pada Fatimah.
“Yang sabar ya Ai, nanti kalau kurang uangnya aku tambahkan deh. Tapi aku bisa nambahkan sedikit saja, soalnya uangku juga tidak banyak” kata Fatimah menambahkan.
“Tidak usah repot-repot Mah. Aku mau mandi dulu nih, setengah jam lagi aku mau ke kampus. Dadah Imah…” kataku sambil bergegas menutup pintu kamar mandi.
                Hari demi hari berlalu, bulan Ramadhan pun tiba dan dua puluh hari lagi lebaran Idul Fitri akan segera tiba. Uang tabungan pun sudah aku sediakan untuk pulang kampung nanti, walaupun masih belum mencukupi. Tapi terkadang Ayah mengirimi aku uang untuk mudik, tapi entah apakah lebaran tahun ini Ayah atau Ibu juga akan mengirimiku uang untuk mudik? Entahlah aku tak tahu pastinya.
                Kuliah tetap masih aktif walaupun bulan puasa, haus dan lapar tak terasa dengan adanya aktivitas di bulan puasa. Tugas pun menumpuk dan deadline menunggu, tidak ada toleransi karena alasan berpuasa. Aku kerjakan semua tugas dengan bantuan laptop tua milikku dan modem milik temanku untuk mencari bahan-bahan dari internet. Masalah pun muncul, tiba-tiba modem yang ku pinjam dari temanku hilang. Aku geledah semua isi kamar kostku sampai-sampai kamarku seperti   kapal pecah, tapi modem itu juga tidak ditemukan. Aku tanyakan kepada teman-teman di kostku, mereka juga bilang tidak melihat modem yang aku cari tersebut. Bermacam-macam alibi dan prasangka ada di pikiranku, entah jatuh di tanah, tertinggal di kampus kemudian diambil orang, dan lain-lain.
                Aku bingung harus bagaimana, aku pun memutuskan untuk tidak memberitahu temanku tersebut  bahwa modemnya hilang, dan aku berniat untuk menggantinya dengan modem yang baru dengan model dan merk yang sama. Aku takut dia akan marah dan tidak bisa mempercayai aku lagi. Aku gunakan semua uang tabungan dan sebagian uang untuk makan tiap hari untuk membeli modem tersebut, totalnya sebanyak Rp 300.000,00 tapi ternyata belum cukup untuk membelinya. Tiba-tiba ada sms dari ayahku,
 Assalammu alaikum Ais, bagaimana kabar kamu  di sana selama bulan puasa ini? Ayah dan Ibu di sini baik-baik saja. Ayah dan Ibu hanya  bisa mengirimi uang 100 ribu untuk ongkos kamu pulang lebaran nanti. Kalau tidak ada urusan lagi di sana, pulang ya nak lebaran nanti. Wassalam”.
                Suatu ide busuk pun muncul, menggunakan uang mudik untuk membeli modem. Setelah berpikir matang-matang, akhirnya menggunakan uang mudik sebagai uang tambahan untuk membeli modem. Modem pun kubeli dengan harga Rp 385.000,00 dengan disertai perasaan bersalah kepada orang tuaku.
Keesokan harinya, ku serahkan modem baru tersebut kepada temanku sebagai pengganti modemnya yang hilang. Dan aku ingin jujur kepadanya tentang modemnya yang hilang tersebut.
“Din, ini modem yang aku pinjam dua minggu yang lalu. Ini aku kembalikan, terima kasih banyak ya Din.”kataku dengan gugup.
“Iya sama-sama Ais, kok modemnya jadi lebih baru Ai, memangnya kamu bersihkan pakai apa?” tanya Madina dengan bingung.
“Sebenarnya begini Din. Modem kamu yang aku pinjam itu hilang dan aku menggantinya dengan modem yang baru dengan model dan merek yang sama. Maafkan aku ya Din.” jawabku sambil merasa bersalah.
“Kamu tak perlu menggantinya dengan merek dan model yang sama Ai, itukan cukup mahal harganya. Kamu bisa menggantinya dengan modem yang murah kok, yang penting modem, itupun jika kamu ada uang lebih untuk menggantinya. Tapi jika kamu tidak ada uang, tidak usah diganti tidak apa-apa juga” kata Madina.
“Tidak apa-apa Din, ini sebagai bentuk pertanggung jawabanku. Agar orang-orang selalu percaya denganku Din. Ambil saja Din, aku ikhlas kok. Sekali lagi aku minta maaf ya Din atas kecerobohanku.” kataku.
“Kalau begitu aku terima ya. Terima kasih sekali Ais, kamu memang temanku yang paling bisa dipercaya Ai.” ucap Madina.
“Iya sama-sama” jawabku dengan tersipu malu.
                Aku merasa lega telah jujur pada temanku Madina, tetapi rasa bersalah kepada orang tuaku masih membayangiku. Tiga hari lagi lebaran akan tiba. Tiba-tiba handphoneku berbunyi.
Kring…kring…..(nada dering handphone ku)
“Halo, Assalammu Alaikum, Bu. Ada apa Ibu menelponku?” tanyaku.
“Waalaikum salam. Tidak ada apa-apa, Ibu hanya kangen dengan kamu Ai. Kapan kamu pulang? Uang yang dikirim Ayah sudah sampai kan?” tanya Ibu.
“Sudah Bu. Tapi maaf Aisyah tidak bisa pulang, soalnya uang yang Ayah kirim sudah Ais pakai untuk mengganti modem teman Ais yang hilang. Maaf ya Bu. Uang tabungan Ais juga sudah habis, mungkin lebaran kali ini Ais tak bisa pulang. Tapi liburan semester nanti Ais pasti pulang. Sekali lagi maaf ya Bu.” kataku dengan perasaan bersalah.
“Oh begitu ya Ais. Kasian sekali kamu nak, tapi Ibu bangga karena punya anak yang bertanggung jawab sepertimu Ai. Ibu juga minta maaf karena tak bisa mengirimimu uang lagi untuk mudik. Uangnya sudah Ibu gunakan untuk modal usaha dan lebaran nanti.” kata Ibu.
“Iya tidak apa-apa, Bu. Sampaikan kata maaf Ais pada Ayah ya Bu. Sekali Ais minta maaf, tahun ini tidak bisa lebaran sama-sama di kampung” ucapku.
“Iya Ai tidak apa-apa. Sudah dulu ya, Ibu mau Sholat Tarawih dulu. Baik-baik ya kamu di sana, jangan lupa sholatnya dan selalu jaga kesehatanmu. Ibu sayang Ais. Wassalamu alaikum Ai.” kata Ibu.
“Iya Bu. Ais juga sayang Ibu. Waalaikum salam” jawabku. Aku pun merasa sedih dan khawatir, aku membayangkan bagaimana perasaan Ayah dan Ibu di sana
                H-2 lebaran, semua penghuni kost pulkam alias pulang kampung khususnya Fatimah. Cuma aku yang tersisa di kost.
“Ai aku pulang yah, kamu tidak jadi pulang yah? Ini aku tambahkan uang Rp 20.000 buat kamu pulang. Biar kita bisa pulang sama-sama.” kata Fatimah.
“Ah tidak usah Mah. Tetap saja tidak cukup buat aku pulang Mah. Ongkos aku pulang kan mahal. Hahahaha” kataku dengan bercanda.
“Oh. Begitu ya Ai” jawabnya dengan nada sedih.
“Ah… aku cuma bercanda. Masih banyak urusan jadi aku tidak bisa pulang lebaran ini” kataku dengan  sedikit kata-kata bohong.
“Hah kamu itu so sibuk Ai. Ya sudah aku berangkat yah, nanti taksinya kabur lagi karena terlalu lama menunggu diriku. Hehe…” Candanya.
“Iya, cepat sana pergi. Mohon maaf lahir bathin ya Mah” ucapku sambil mengulurkan tangan untuk minta maaf..
“Iya, sama-sama Ai. See you next time Ai, Assalammu alaikum Ai.” teriaknya sambil melambaikan tangan.
“Waalaikum salam” jawabku.
                Hari berlalu, bedug takbir berbunyi dan takbir dikumandangkan di seluruh penjuru negeri. Lebaran tahun ini sangat berbeda bagiku, aku tidak bisa berkumpul dengan keluargaku. Yang bisa aku lakukan, hanya bisa berkomunikasi lewat handphone dan mengucapkan mohon maaf lahir dan bathin kepada keluargaku khususnya Ayah dan Ibuku. Tapi banyak pelajaran yang bisa kuambil Ramadhan tahun ini, yaitu jujur itu lebih baik dan selalu bertanggung jawab atas suatu hal. SEKIAN!!!!
Gimana? menarik bukan?
Ingin tahu siapa pembuatnya?
ini dia,,
jeng..jeng..jeng... #tratakdungjess

(klik foto untuk menuju Fb-nya)

Pengen karya mu dipajang disini juga? sok atuh kirim draf karyamu ke himakimiafkipunlam@gmail.com dengan subjek "Pajangin Karyaku Dong..!!"Muehehehe..

Ada kritik dan saran yang membangun?
Silakan di comment ya..!!



follow me on twitter 

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons